Profil Desa Ngering

Ketahui informasi secara rinci Desa Ngering mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Ngering

Tentang Kami

Desa Ngering di Jogonalan, Klaten, merupakan sentra legendaris kerajinan lurik ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). Sebagai desa wisata, Ngering melestarikan tradisi tenun tangan sebagai pilar utama ekonomi kreatif yang digerakkan oleh ratusan perajin komunitas

  • Sentra Kerajinan Lurik ATBM

    Ngering merupakan jantung dari tradisi kain lurik tenun tangan di Klaten, dengan warisan keahlian yang diwariskan secara turun-temurun dan menjadi identitas utama desa.

  • Ekonomi Kreatif Berbasis Komunitas

    Perekonomian desa secara unik ditopang oleh jaringan industri rumahan yang melibatkan ratusan perajin, menjadikannya model pemberdayaan ekonomi masyarakat, khususnya perempuan.

  • Desa Wisata Edukasi dan Budaya

    Ngering telah bertransformasi menjadi destinasi wisata edukasi di mana pengunjung dapat menyaksikan langsung proses pembuatan lurik, belajar menenun, dan membeli produk otentik dari para perajin.

XM Broker

Di Desa Ngering, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, udara tidak hanya diisi oleh semilir angin persawahan, tetapi juga oleh sebuah irama yang khas: bunyi ritmis dari ratusan alat tenun bukan mesin (ATBM) yang beradu. Suara tak-tok tak-tok yang berasal dari hampir setiap rumah merupakan penanda bahwa desa ini ialah sebuah pusat kehidupan, sebuah lokakarya besar di mana tradisi kain lurik ditenun helai demi helai. Desa Ngering bukan sekadar sebuah pemukiman, melainkan sebuah ekosistem ekonomi kreatif yang hidup dan bernapas dari kerajinan tangan. Di sini, lurik bukan hanya selembar kain, tetapi merupakan identitas, warisan budaya dan sumber utama penghidupan yang telah teruji oleh zaman. Profil Desa Ngering ialah sebuah perjalanan menyusuri lorong-lorong waktu, menyaksikan bagaimana sebuah kerajinan adiluhung menjadi tulang punggung kemandirian sebuah komunitas.

Geografi dan Lanskap Sosial-Ekonomi

Secara geografis, Desa Ngering terletak di dataran rendah subur Kecamatan Jogonalan. Luas wilayah desa ini tercatat seluas 134,7 hektare atau sekitar 1,35 kilometer persegi. Seperti desa-desa lain di sekitarnya, lanskap Ngering dihiasi oleh hamparan sawah yang produktif, menandakan adanya fondasi agraris yang kuat. Namun yang membedakan lanskap sosial-ekonominya ialah keberadaan ATBM di kolong-kolong rumah warga. Hampir di setiap dusun, dapat dijumpai para perempuan perajin yang tekun bekerja di depan alat tenun kayunya, menciptakan sebuah pemandangan unik yang tidak ditemukan di tempat lain.Secara administratif, Desa Ngering berbatasan langsung dengan beberapa desa tetangga. Di sebelah utara, wilayahnya berbatasan dengan Desa Prawatan. Di sisi timur, desa ini bersebelahan dengan Desa Joton. Sementara itu, batas selatan Desa Ngering ialah Desa Bakung, dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Wonoboyo. Posisinya yang strategis dan mudah dijangkau dari pusat kota Klaten maupun Yogyakarta menjadikannya destinasi yang ideal bagi para peminat kain tradisional dan wisatawan budaya.Berdasarkan data kependudukan per Oktober 2025, Desa Ngering dihuni oleh sekitar 3.800 jiwa. Dengan luas wilayah yang ada, maka tingkat kepadatan penduduknya mencapai 2.815 jiwa per kilometer persegi. Dari ribuan penduduk tersebut, sebagian signifikannya, terutama kaum perempuan, terlibat langsung dalam industri lurik sebagai perajin, menjadikan kerajinan ini sebagai sektor padat karya yang vital.

Sejarah Panjang Tenun Lurik di Ngering

Tradisi menenun lurik di Desa Ngering memiliki akar sejarah yang sangat panjang, diwariskan dari generasi ke generasi. Keberadaannya sebagai sentra lurik tidak lepas dari pengaruh budaya keraton Surakarta dan Yogyakarta yang letaknya tidak terlalu jauh. Pada masa lalu, kain lurik dengan motif garis-garis sederhana merupakan pakaian sehari-hari masyarakat Jawa, namun juga memiliki makna filosofis dan digunakan dalam berbagai upacara adat. Keahlian menenun menjadi sebuah keterampilan yang wajib dimiliki oleh perempuan sebagai bagian dari persiapan berumah tangga.Di Ngering, tradisi ini tidak pernah putus. Para ibu mengajarkan keahlian menenun kepada anak-anak perempuannya sejak usia dini. Mereka belajar mengenali benang, mencelup warna, menata motif, hingga akhirnya mahir mengoperasikan ATBM yang rumit. Proses regenerasi inilah yang membuat Ngering mampu bertahan sebagai pusat produksi lurik bahkan ketika industri tekstil modern mengancam keberadaannya. Pada era 1970-an hingga 1980-an, industri lurik di desa ini mengalami masa keemasan, memasok kain ke berbagai daerah di Indonesia. Meskipun sempat mengalami pasang surut, semangat para perajin untuk terus berkarya tidak pernah padam.

Industri Rumahan sebagai Tulang Punggung Ekonomi Kreatif

Perekonomian Desa Ngering merupakan contoh sempurna dari model ekonomi kreatif berbasis komunitas. Kekuatan ekonominya tidak terpusat pada satu pabrik besar, melainkan tersebar di ratusan unit industri rumahan. Setiap rumah perajin ialah sebuah unit produksi mandiri. Model ini memberikan fleksibilitas luar biasa, terutama bagi para perajin perempuan, yang dapat bekerja menghasilkan pendapatan tanpa harus meninggalkan tanggung jawab domestik mereka.Proses pembuatan lurik ATBM di Ngering ialah sebuah seni yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran tinggi. Dimulai dari proses pewarnaan benang, pengeringan, hingga menatanya pada alat yang disebut sekir untuk menciptakan pola atau motif yang diinginkan. Setelah pola terbentuk, benang-benang tersebut digulung dan dipindahkan ke alat tenun untuk memulai proses menenun yang sebenarnya. Setiap helai benang pakan dimasukkan di antara benang lungsi dengan irama yang konstan, menghasilkan lembaran kain lurik yang otentik dengan tekstur yang khas.Model bisnis yang berjalan di desa ini cukup beragam. Sebagian perajin bekerja secara mandiri, membeli bahan baku dan menjual kain jadinya sendiri. Sebagian lainnya bekerja di bawah pengusaha atau juragan lokal yang lebih besar, yang menyediakan bahan baku dan menampung hasil produksi mereka untuk dipasarkan lebih luas. Keberadaan para pengusaha lokal ini menjadi motor penting yang menghubungkan para perajin Ngering dengan pasar yang lebih besar, termasuk para desainer fesyen, peritel, hingga pasar ekspor.

Menuju Desa Wisata Edukasi dan Budaya

Menyadari potensi unik yang dimilikinya, Pemerintah Desa Ngering bersama masyarakat mulai mengembangkan konsep Desa Wisata Lurik. Tujuannya ialah untuk mengubah desa dari sekadar pusat produksi menjadi sebuah destinasi yang menawarkan pengalaman budaya yang otentik. Para pengunjung yang datang ke Ngering kini tidak hanya bisa berbelanja kain, tetapi juga dapat mengikuti tur edukasi.Dalam tur ini, pengunjung akan diajak untuk melihat langsung seluruh rangkaian proses produksi lurik, mulai dari pewarnaan benang hingga penenunan. Beberapa sanggar atau galeri bahkan menawarkan paket workshop singkat, di mana wisatawan dapat mencoba langsung sensasi menenun di atas ATBM dengan bimbingan perajin profesional. Pengalaman interaktif ini memberikan nilai tambah yang sangat tinggi dan meningkatkan apresiasi pengunjung terhadap kerumitan dan keindahan kain lurik.Pemerintah desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) juga mulai mengambil peran dalam memfasilitasi pengembangan ini. Upaya dilakukan untuk membangun sebuah galeri atau showroom terpusat yang dapat menampilkan produk-produk terbaik dari para perajin desa, serta menjadi pusat informasi bagi wisatawan. Transformasi menjadi desa wisata ini membuka sumber pendapatan baru bagi masyarakat, tidak hanya dari penjualan kain, tetapi juga dari jasa pemandu, kuliner, dan akomodasi sederhana.

Tantangan dan Inovasi di Era Modern

Di tengah perkembangannya, para perajin lurik Ngering juga menghadapi berbagai tantangan. Persaingan dengan kain lurik hasil produksi mesin yang harganya jauh lebih murah menjadi tantangan utama. Selain itu, regenerasi perajin juga menjadi perhatian; memastikan generasi muda tertarik untuk melanjutkan warisan ini memerlukan upaya khusus.Namun, masyarakat Ngering menunjukkan resiliensi dan kemampuan berinovasi. Untuk menjawab tantangan pasar, para perajin mulai berkreasi dengan motif dan warna yang lebih modern, menyesuaikan dengan selera pasar saat ini tanpa meninggalkan pakem tradisional. Banyak perajin muda yang kini mulai memanfaatkan media sosial dan platform e-commerce untuk memasarkan produk mereka secara langsung kepada konsumen di seluruh dunia. Kolaborasi dengan desainer-desainer fesyen ternama juga semakin membuka mata publik bahwa lurik bukanlah kain yang kuno, melainkan bahan yang sangat fleksibel dan elegan untuk busana modern. Inovasi inilah yang menjaga api tradisi tenun di Desa Ngering tetap menyala terang.